The Brotherhood of Bon- Kid Community

The Brotherhood of Bon- Kid Community
This Product Was Made By Odjie

Cari Blog Ini

SALAM PEMBACA

Aku hanyalah sedikit debu yang selalu terbang bersama arah angin berlalu tanpa aku tahu kemana arahnya. jika suatu kelak angin itu akan menuju dalam jalan kebaikan, maka itulah jalan yang sedang aku tempuh, namun jika sebaliknya aku akan berusaha terbang dengan sayap yang tak bisa aku rentangkan untuk melawannya.

On the Sky
Powered By Blogger

Jumat, 04 Desember 2009

IMMPOSIBLE TO BE COME THRUE

Ini adalah kisah aku.
Kisah ini di mulai sejak aku mengenal dia tepatnya ketika aku duduk di bangku sekolah SMK kelas satu , aku tidak begitu mengenal dia walaupun kita satu kampung atau bahkan bisa di bilang kita tetanggaan. Namun karena aku anak yang tidak pandai bergaul aku hanya bisa menikmati dia dari sisi gelapku,membayangkan kalau aku bisa memilikinya, atau setidaknya bisa jalan bareng itu adalah moment yang selalu aku impikan di tiap menjelang tidurku. Memang kita pernah jalan bareng menurut versi aku, yaitu ketika dia akan berangkat mengaji.
Aku tunggu dia di pertigaan jalan dimana dia biasa melewati jalan itu untuk menuju surau untuk mengaji. Itu dia lakukan setiap hari kecuali hari jumat sehabis shalat maghrib, karena yang aku tahu dia tidak shalat maghrib di surau tapi dirumah. Dari pertigaan jalan itu aku mengawasi ujung jalan dimana dia muncul, aku akan berpura-pura kebetulan akan berangkat mengaji juga hingga kita bisa berangkat bersama-sama. Dan itu adalah cara manjur yang bisa aku lakukan agar aku bisa mempunyai kesempatan bisa ngobrol dengannya.
Semakin hari semakin aku mencintainya tanpa pernah dia sadari, hingga suatu hari aku dengar kabar kalau dia akan berulang tahun. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini maka segera pulang sekolah aku pergi ke toko yang menjual aksesoris untuk pesta ulang tahun, dan akhirnya aku dapatkan sesuatu yang spesial yang sesuai dengan kantongku waktu itu, sebuah kartu ucapan yang didalamnya terdapat sebuah mikrochip yang bisa berbunyi nada monopolik lagu ulang tahun kalau .kartu itu dibuka.
Tapi masalahnya aku ketinggalan pesta, dia sudah berulang tahun satu hari sebelumnya, aku sempat bingung mau diapakan kartu itu, kalau diberikan sekarang pasti akan ditertawakan. Hingga aku mendengar kabar kalau temannya akan berulang tahun juga esok hari. Terpikir olehku untuk menyerahkan kartu itu kepadanya temannya lewat dia dengan maksud untuk bisa mengakrabkan aku dengan dia lewat titipanku ini, tapi malah menjadi petaka bagiku kelak.
Hingga akhirnya aku menyelesaikan studiku aku masih belum mengungkapkan perasaanku kepadanya. Tiba saatnya aku untuk pergi merantau ke ibukota itu berarti aku akan meninggalkannya untuk waktu yang lama waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tiba di malam takbiran itu aku bisa melepaskan sedikit rasa rinduku padanya. Dia menyapa aku sebuah sapaan yang sangat berarti bagiku apa kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya sekedar bertanya tentang kabar sangat mengharumkan perasaanku padanya.
Tiba saatnya untuk balik ke Jakarta dia tidak meninggalkan moment yang spesial yang hanya membuat hampa di malam-malamku selanjutnya. Aku baru menyadarinya kalau dia terlalu sulit untuk dimiliki hingga akhirnya aku tidak melakukan kontak dengan dia untuk beberapa waktu lamanya, walaupun sering wajahnya membayangi di setiap malam-malamku namun karena kesibukan kerja ku itu menjadi tak terlalu aku pikirkan hingga tiba di lebaran kedua aku pulang kampung yang pasti aku bisa memperbaiki hubunganku dengan dia karena entah mengapa perasaanku sangat begitu dalam ketika aku berada dikampung. Namun tetap saja dia terlihat seperti tidak terjadi apa-apa diantara kita. Hingga akhirnya aku kembali ke Jakarta perlahan perasaan itu mulai tenggelam ditelan kesibukanku, hanya saat-saat tertentu aku memikirkan dia. Namun kadang-kadang perasaan itu datang begitu menyesakkan dada ini ingin aku terbang saat itu untuk bisa mengutarakan isi hatiku sepenuhnya untuk memuaskan perasaan yang kadang mengganguku. Pernah aku dengar kabar kalau dia sudah mempunyai seorang pacar, setelah cari-cari informasi kesana-kesini akhirnya aku tahu siapa yang menjadi tambatan hatinya dia adalah temenku dulu waktu aku masih sekolah di SD. Memang dia anaknya tajir, orang tuanya kaya mungkin itu yang menjadi alasan mengapa dia mau menerima cintanya.
Tapi hubungan mereka tidak terlalu lama karena dia terkenal seorang playboy, yang aku sesalkan kenapa dia mau menerima cinta dari seorang playboy. Hingga datang lebaran ke tiga selama aku di jakarta telah tiba aku sempat ingin memberikan dia sesuatu yang spesial tapi menurutku itu terlalu dini hingga akhirnya aku tahan niat itu dan sesuatu yang spesial aku berikan ke adik perempuan Kadang aku berpikir akan sampai kapan ini berakhir, mencintai namun tak akan pernah bisa terwujud hanya lagu sendu yang bisa menghiasi hari-hariku untuk mengenangnya mengobati rasa kangenku ini. Pernah berpikir untuk menghapus kamu dalam hidupku namun itu takkan bertahan lama karena kamu akan tetap menjadi bayanganku kemanapun aku pergi. Mungkin memang aku yang bodoh yang tak bisa menerima kenyataan,tapi sebuah harapan dan mimpi menguatkan aku untuk tetap berpegang teguh pada keyakinanku suatu hari nanti kita akan bersama dalam satu kereta kencana mengikat janji suci sehidup semati, itulah kata-kata yang selalu terbayang disetiap menjelang tidurku untuk menguatkan akan cinta kita yang takkan ada bisa membatasi.
Lebaran tahun kemarin tepatnya tahun 2009 akan menjadi sebuah moment yang tak akan pernah aku lupakan karena ini pertama kalinya aku bisa meyakinkan dia untuk bisa berjalan bersama walaupun berakhir dengan biasa-biasa saja. Waktu itu aku sempat berpikir inilah awal yang indah, aku sempat bermimpi akan menghabiskan masa akhir minggu dengan seperti ini, namun semua itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika kita sama-sama di Jakarta, karena dia sudah menyelesaikan sekolahnya di SMU, ketika awal-awal kita di Jakarta sehabis lebaran pernah smsan untuk menanyakan kabar, itupun aku duluan yang memulai, mungkin dia memang merasa bosan dengan itu-itu saja disamping dia juga harus mencari pekerjaan dia merasa kehadiranku mengganggu saja hingga pernah ketika aku telepon dia tidak angkat. Merasa penasaran malamnya aku telepon lagi dan yang ini dia angkat, tapi pembicaraan kita tidak banyak karena pertama aku dengar nada bicaranya seakan- akan dia malas untuk bicara dan ketika aku tanya kenapa tadi siang teleponku tidak diangkat malah dia balik tanya ngapain telepon-telepon sich, aku jawab kenapa? Tidak boleh ya? Dengan ketus dia jawab “ ya” .
“ ya sudah kalau ga boleh nelpon, oke dech ya Yul, assalamuallaikum” jawab aku sambil membanting gagang telepon karena merasa kesal, namun aku tidak sempat mendengar jawaban darinya karena waktu itu aku sangat marah dan sampai sekarangpun aku masih merasa marah dengan pernyataan dia itu yang sok suci, namun di balik kemarahanku ada setitik rindu yang sangat dalam ketika aku beranjak tidur selalu aku membayangkan dia, apakah dia merasakan yang sama atau dia merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang aku tidak tahu.
Kabar terakhir tentang dia adalah katanya dia sekarang sudah bekerja karena minggu lalu ketika temannya cerita kalau tinggal sehari lagi dia mengikuti training di tempat kerjanya , dan pastinya sekarang dia sudah kerja beneran karena sudah berapa hari berlalu. Apakah dia akan merasa perasaan yang sama seperti aku dulu waktu pertama bekerja, terasa tidak nyaman berada dalam atmosfer yang sangat tidak ada sebelumnya dalam kehidupan saya. Butuh waktu sebulan untuk beradaptasi dengan lingkungan kantor yang semuanya serba canggih, pertama aku mulai mengenal apa itu mesin fax dan kegunaanya yang sebelumnya hanya bisa berangan-angan dengan yang diajarkan disekolahan.
Dan mungkin satu-satunya pelajaran yang di ajarkan di sekolahan yang bisa aku gunakan disini adalah keahliaku mengetik, walaupun hanya satu tahun pelajaran ini diajarkan ketika kelas satu SMP. Dan aku merasa tak ingin menyia-nyiakan keahlianku itu maka aku beranikan untuk mengirimi surat yang mungkin bisa di bilang surat cinta atau apalah yang penting bagiku waktu itu aku ingin menunjukkan ke dia kalau aku sudah bekerja di tempat yang keren menurut versiku waktu itu. Tapi aku lupa kata-kata apa yang aku ketik untuk kukirimkan kepadanya, yang pasti habis itu aku menyesal bercampur marah karena reaksi dia itu di luar dugaanku yang mengatakan “ Kayak tidak ada kerjaan aja”
Untuk sementara waktu aku tidak pernah menelpon dia lagi, jujur aku sangat terpukul dengan kata-katanya yang tidak di saring terlebih dulu, kalau di jawa tanpa tedeng aling-aling.
Tibalah apa yang dinamakan hari valentine, yang orang Indonesia mengartikan hari kasih sayang. Walaupun kasih sayang tidak harus di tunjukan dalam moment itu dan itu adalah budaya Nasrani namun di Indonesia banyak yang merayakannya dan aku juga tidak ingin seakan dibilang tidak mengikuti trend yang sedang ada waktu itu, maka aku coba untuk berbagi hari kasih sayang itu dengan dia.
Aku coba jalan-jalan ke toko buku Gramedia dengan temenku yang agak bencong, tapi aku senang berteman dengan dia karena dia orangnya tidak neko-neko dan anaknya bisa mengerti perasaanku waktu itu dan seolah dia menjadi teman curhatku waktu itu, walaupun akhirnya persahabatan kita di akhiri dengan sebuah pertengkaran diam seribu bahasa karena perbedaan prinsip setelah saya mengenal dia lebh jauh ternyata dia menyukai sesama jenis. Wakktu itu kita tiba di Gramedia jam tujuh malam, dan kita langsung menuju pada keranjang yang dipenuhi dengan beragam amplop yang bertemakan Valentine, setelah mengobrak-abrik keranjang itu akhirnya aku dapatkan dua buah amplop pilihanku dan aku langsung berjalan ke arah barisan buku-buku novel yang dipajang. Waktu itu lagi awal-awalnya novel Cinta Pertama terbit, dan temenku yang bencong itu langsung kasih ide gimana kalau dia dikirimi kado buku novel ini. Tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakannya karena sangat cocok dengan cov ernya yang berwarna merah muda yang identik dengan warna Valentine.
Aku kirimkan kartu ucapan itu beserta novel dalam satu amplop coklat tanpa ada tulisan tangan dariku semua hanya aku beli bungkus dan kirim, dan uniknya sebelumnya novel itu kami buka plastik pembungkusnya dan kami baca terlebih dahulu. Jadi bisa di bilang aku mengirimi dia barang bekas, tapi menurutku tidak apa-apa toh itu tidak begitu spesial. Hari berganti hari minggu berganti minggu aku tunggu kabar darinya kalau dia sudah menerima paket itu, namun akhirnya aku lelah menunggu dan terlupakan larut dalam kesibukan pekerjaanku.
Sejak saat itu lama sekali kita tidak pernah berhubungan, bahkan bisa dibilang aku telah lupa dengan dia, karena aku merasa mempunyai teman yang lebih bisa mengerti perasaanku waktu itu. Panggil saja dia Cay. Cay sebenarnya adalah tetangga dia, dan aku tahu dia pasti mengetahui hubunganku dengan Cay.waktu itu Cay kakak kelasnya dia dimana Cay kelas tiga sedangkan dia kelas dua. Walaupun kita menjalani hubungan di batasi jarak, bahkan akupun belum pernah mengutarakan isi hatiku padanya dalam tatap mata yang nyata semua terjadi melewati telepon. Seiring berjalannya waktu semakin serius hubungan antara aku dan Cay, bahkan sempat memimpikan kita nanti bisa hidup bersama dalam satu rumah bersama anak-anak kita, itulah kata-kata yang selalu membuatku semangat untuk menanti hari esok yang lebih baik. Hingga suatu hari aku mendapatkan hari lbur panjang di hari raya Idhul Adha aku sempatkan pulang kampung untuk melepaskan rasa kangenku pada Cay, bahkan aku merasa sangat beruntung karena waktu itu dia sudah lulus sekolah maka ketika aku akan balik ke Jakarta dia mau ikut dengan aku maka dengan senang hatipun aku menerima tawarannya itu. Waktu itu kita naik kereta ekonomi menuju Jakarta, sungguh indah sekali waktu itu kita menghabiskan waktu semalaman diperjalanan dalam kereta semua terasa sangat indah hingga sekarang saya menulis sayapun masih merasakan moment itu.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ternyata Cay sudah di jodohkan oleh orang tuanya, itulah mengapa sikap orang tuanya seperti menyembunyikan sesuatu waktu kemarin aku bertemu dengannya ketika aku pulang kampung. Aku hampir stress waktu itu walaupun Cay belum mengakui akan hal itu namun aku bisa mengerti waktu aku konfirmasikan hal itu padanya dia hanya diam saja. Akhirnya aku sadar bahwa selama ini aku hanya di bohongi olehnya.
Hingga saat lebaran Idul Fitri tiba aku pulang kampung, sempat Cay menantikan kehadiranku kebetulan waktu itu dia memang belum mendapatkan pekerjaan maka dia pulang kampung di pertengahan bulan puasa untuk menghindari penuh penumpang disaat-saat menjelang lebaran. Namun aku sudah tidak mengharap banyak darinya, karena aku tahu itu hanya kamuflase, dan satu-satunya harapanku adalah ingin bertemu dengan dia karena seakan aku membuka lembaran buku lama yang tersimpan dan begitulah perasaanku padanya waktu itu.
Satu minggu aku berada dikampung selama lebaran dan ini adalah malam terakhir aku berada di kampung. Besok sore aku harus kembali ke Jakarta karena libur lebaran telah usai, waktu itu perasaanku sangat tidak karuan bagaimana tidak seminggu di kampung rasanya sangat disayangkan bila tidak bertemu dengan dia. Maka setelah shalat maghrib aku beranikan diri untuk menelepon dia, aku tanya boleh aku main kerumahnya jawaban yang sangat menyejukan dia berikan, dan tanpa pikir panjang aku langsung meluncur kerumahnya menggunakan motor kakak iparku yang kita naiki dari Jakarta berdua.
Dan akhirnya moment yang aku impikan akhirnya terjadi juga, semalaman kita habiskan waktu di beranda rumahnya hingga tengah malam, aku sangat terkesan dengan moment itu. Karena sangat bahagianya sesampainya di Jakarta aku langsung tuangkan perasaan bahagiaku itu dalam my document, dan aku tuliskan surat buat dia.
I will never regret the time we spent together,
Itulah kata-kata yang aku tekankan dalam suratku padanya. Namun tetap saja dia tidak ada reaksi darinya. Hingga namun karena terlarut dalam kesibukanku aku tidak hiraukan lagi suratku itu, bahkan aku tidak ingin membahas itu lagi dengannya karena aku merasa itu tidak penting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar