
Mungkin apa yang aku tulis ini adalah sebuah aib yang seharusnya tidak untuk diketahui siapapun, tapi aku percaya tentang cerita roman rama shinta, romeo juliet, jack rose atau siapapun itu yang telah merasakan sebuah kekuatan dan keindahan cinta, cinta sejati, cinta yang bukan berdasarkan nafsu, cinta yang tidak akan pernah padam walaupun berbagai halangan rintangan didepan mereka, berbagai kepedihan dan keputus asaan tidak akan pernah menghapuskan apa yang telah menjadi takdir dari mereka yang menyatukan hati mereka untuk menunjukan kepada dunia bahwa kekuatan cinta tidak bisa digantikan oleh kejayaan ataupun harta yang bermakna di dunia ini.
Cinta tidak ada yang memiliki, tapi cinta yang memilih. Kedatangannya tidak bisa dielakan oleh siapapun. Hati siapapun yang dihinggapi cinta akan melakukan segala cara untuk membuat cinta itu abadi.
Betapa hati ini harusnya berhenti untuk mengharapkanmu. Aku seharusnya sadar dengan sikapmu kepadaku, aku tahu aku bukan laki-laki yang kau harapkan.
Kekuatan itu yang menuntunku dalam kesendirianku untuk melakukan ini. Apa yang aku tuliskan ini hanyalah sekilas dari cerita jeritan hati yang tenggelam dalam kebodohanku.
Apa yang aku lakukan ini bukan maksud untuk menarik perhatian darimu, bukan untuk membuat kamu bisa mencintaiku. Aku lakukan ini bukan dari pikiranku, tapi dari dalam lubuk hatiku, tanpa mengharapkan suatu pengharapan, imbalan, belas kasihan ataupun kesan, ini hanyalah sebuah cerita dari hati yang tak pernah bisa berhenti untuk bermimpi. I call this a “ the gift from a heart”.
The gift from a heart
This is a story of my life and love.
Kisahku ini berawal ketika aku menyadari akan pesona yang terpancar dari dirinya yang begitu sangat aku kagumi sikap kesederhanannya dan parasnya yang begitu anggun. Kita satu kampung,bahkan bisa dibilang kita tetanggaan. Waktu itu aku kelas satu SMK dan dia kelas satu SMP, saat itulah aku mulai mengenal dia karena kebetulan temanku rumahnya berdekatan dengan dia dan aku sering main ketempat temanku itu. Namun aku menyadari begitu banyak perbedaan antara aku dan dia hingga aku tak berani untuk mengutarakan tentang perasaanku kepadanya waktu itu. Aku membiarkan perasaanku itu tumbuh bersama dengan bejalannya waktu, menikmati indahmu dari sisi gelapku,membayangkan kalau aku bisa memilikinya, atau setidaknya bisa jalan bareng itu adalah khayalan yang selalu aku impikan di tiap malam-malam menjelang tidurku.
ku tunggu dia di pertigaan jalan dimana dia biasa melewati jalan itu untuk menuju tempat mengaji untuk mengaji. Itu dia lakukan setiap hari kecuali hari jumat sehabis shalat maghrib, karena yang aku tahu dia tidak shalat maghrib di Mushola tapi dirumah. Dari pertigaan jalan itu aku mengawasi ujung jalan dimana dia munculbersama dengan adik perempuannya, aku akan berpura-pura kebetulan akan berangkat mengaji juga hingga kita bisa berangkat bersama-sama. Dan itu adalah cara konyol yang bisa aku lakukan agar aku bisa mendapatkan kesempatan bisa ngobrol dengannya.
Hari demi hari perasaanku terhadap dia semakin mengusik disetiap malam-malamku tanpa pernah dia sadari. Dan tanpa dia sadari kalau aku selalu mengamati gerak-geriknya, dari berangkat sekolah dengan seragam jilbabnya dan sepeda jengkinya yang ban roda belakang warna kuning, tas punggung warna hitam dengan garis biru ditengahnya, itulah sosok yang aku cari dari sekian banyak anak sekolah yang berangkat sekolah menggunakan sepeda disela-sela aku menunggu angkot sekolahku waktu itu. aku selalu tersenyum kala aku melihatnya dan berharap dia juga melihatku waktu itu, untuk beberapa waktu memang pernah kita berpandangan dan aku mencoba melempar senyum padanya dan diapun membalas dengan senyuman. ( mungkin waktu itu aku terlalu GR dengan senyuman itu)
Hingga suatu hari aku dengar kabar kalau dia akan berulang tahun. Aku rasa ini adalah kesempatan untukkuuntuk bisa mengambil sinptinya, maka segera setelah pulang sekolah aku pergi ke toko yang menjual aksesoris untuk kado ulang tahun, dan akhirnya aku dapatkan sesuatu yang menurutku spesial dan sesuai dengan isi kantongku waktu itu, sebuah kartu ucapan yang didalamnya terdapat sebuah mikrochip yang bisa berbunyi nada monopolik lagu ulang tahun kalau kartu ucapan itu dibuka.
Tapi ternyata waktu itu aku salah informasi, dia telah berulang tahun satu hari sebelumnya, aku sempat bingung mau diapakan kartu itu, kalau diberikan sekarang pasti akan ditertawakan, pikirku waktu itu. Pada saat itu juga aku mendengar kabar kalau temannya akan berulang tahun minggu depan ( Pipit ). Terpikir olehku untuk menyerahkan kartu itu kepada temannya yang akan berulang tahun itu. Akhirnya aku serahkan kartu ucapan itu kepada temannya yang berulang tahun itu melalui dia. Dari kejadian itu semua temen-temen berpersepsi kalau aku suka dengan dia ( Pipit ).
Dari masa-masa sekolahlah aku bisa mencoba dekat dengan dia dari sering main ke tempat Budi, temenku yang kebetulan rumahnya berhadapan dengan rumahnya, bahkan aku masih ingat waktu itu kedua orang tua dia pergi ke Jakarta dan aku berkesempatam untuk bisa lebih familiar dengannya, tak terbayangkan waktu itu ketika aku dan teman-temanku menakut-nakuti mereka ketika waktu mau tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar