
ku tunggu dia di pertigaan jalan dimana dia biasa melewati jalan itu untuk menuju tempat mengaji untuk mengaji. Itu dia lakukan setiap hari kecuali hari jumat sehabis shalat maghrib, karena yang aku tahu dia tidak shalat maghrib di Mushola tapi dirumah. Dari pertigaan jalan itu aku mengawasi ujung jalan dimana dia munculbersama dengan adik perempuannya, aku akan berpura-pura kebetulan akan berangkat mengaji juga hingga kita bisa berangkat bersama-sama. Dan itu adalah cara konyol yang bisa aku lakukan agar aku bisa mendapatkan kesempatan bisa ngobrol dengannya.
Hari demi hari perasaanku terhadap dia semakin mengusik disetiap malam-malamku tanpa pernah dia sadari. Dan tanpa dia sadari kalau aku selalu mengamati gerak-geriknya, dari berangkat sekolah dengan seragam jilbabnya dan sepeda jengkinya yang ban roda belakang warna kuning, tas punggung warna hitam dengan garis biru ditengahnya, itulah sosok yang aku cari dari sekian banyak anak sekolah yang berangkat sekolah menggunakan sepeda disela-sela aku menunggu angkot sekolahku waktu itu. aku selalu tersenyum kala aku melihatnya dan berharap dia juga melihatku waktu itu, untuk beberapa waktu memang pernah kita berpandangan dan aku mencoba melempar senyum padanya dan diapun membalas dengan senyuman. ( mungkin waktu itu aku terlalu GR dengan senyuman itu)
Hingga suatu hari aku dengar kabar kalau dia akan berulang tahun. Aku rasa ini adalah kesempatan untukkuuntuk bisa mengambil sinptinya, maka segera setelah pulang sekolah aku pergi ke toko yang menjual aksesoris untuk kado ulang tahun, dan akhirnya aku dapatkan sesuatu yang menurutku spesial dan sesuai dengan isi kantongku waktu itu, sebuah kartu ucapan yang didalamnya terdapat sebuah mikrochip yang bisa berbunyi nada monopolik lagu ulang tahun kalau kartu ucapan itu dibuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar